Senin, 26 November 2012

BUDIDAYA TERNAK ITIK SEBAGAI SUMBER PROTEIN HEWANI


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peternakan merupakan penyuplai protein hewani terbesar bagi kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan yang sedang mengalami peningkatan pesat. Permintaan komoditi unggas terus meningkat dan pada tahun 2008 laju pertumbuhan bisnis perunggasan nasional mencapai 7%. Itik adalah salah satu jenis unggas yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan unggas yang lain. Itik mampu mempertahankan produksi telur lebih lama dibandingkan ayam, tingkat kematiannya kecil, tahan terhadap penyakit, dan pada penggunaan kualitas pakan yang rendah itik masih dapat berproduksi. Komoditas unggulan dari itik adalah daging dan telur. Telur merupakan produk itik yang lebih digemari masyarakat daripada daging itik. Produksi telur itik pada tahun 2005 mencapai 194.957 ton dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 201.703 ton. Konsumsi per kapita telur itik pada tahun 2005 sebesar 0,73 kg/tahun, sedangkan
konsumsi per kapita daging itik hanya 0,05 kg/tahun (Ditjennak, 2006).
Telur merupakan salah satu bahan pangan yang mengandung zat gizi protein dan kolesterol. Protein merupakan salah satu indikator penting yang menentukan kualitas telur dan kolesterol merupakan produk khas dari metabolisme hewan. Kandungan protein dan kolesterol pada telur itik lebih tinggi daripada telur ayam. Pada telur itik kandungan protein dan kolesterolnya sebesar 13,1 g/100g bobot telur dan 14,3 g/100g bobot telur, sedangkan pada telur ayam hanya 12,8 g/100g bobot telur dan 11,5 g/100g bobot telur (Depkes, 1972).
Saat ini kesadaran masyarakat terhadap pola makan yang sehat sudah semakin tinggi. Masyarakat mulai memperhatikan food safety yang cenderung menghindari makanan yang mengandung kolesterol. Telur merupakan salah satu sumber kolesterol yang apabila terus dikonsumsi akan menyebabkan penyumbatan pada 2 pembuluh darah jantung. Hal ini dikhawatirkan akan mengurangi konsumsi telur oleh masyarakat, sehingga penurunan kadar kolesterol pada telur perlu diupayakan (Cahyono, 2001).
Kayu apu (Pistia stratiotes L.) merupakan salah satu jenis gulma air yang mempunyai potensi untuk dijadikan campuran pakan pada ransum itik. Kayu apu mengandung serat, nilai nutrien, dan produksi biomassa bahan kering yang cukup tinggi sebesar 16,1 ton BK/ha/tahun (Reddy dan Debusk, 1985). Penggunaan kayu
apu dapat meningkatkan serat dan menurunkan energi metabolis ransum. Kandungan serat ransum yang tinggi ini mampu menurunkan lemak sebesar 25g dalam 100g pada daging ayam kampung (Cahyono, 2001). Selain itu, herba kayu apu mengandung senyawa kimia penting yaitu flavonoid yang dikenal sebagai senyawa anti-kolesterol (Depkes, 2009) dan proteinnya yang tinggi sebesar 16,7 % (Kasselman, 1995).
Berdasarkan permasalahan dan fakta tersebut terdapat potensi untuk melakukan sebuah inovasi dalam pembuatan pakan itik yang dapat menghasilkan telur dengan kandungan protein tinggi dan kolesterol rendah. Kayu apu (Pistia stratiotes) merupakan jenis tumbuhan air yang berpotensi untuk dijadikan sebagai campuran pakan ternak. Oleh sebab itu, pemanfaatan Pistia stratiotes dapat menjadi sebuah inovasi dalam pembuatan pakan yang menghasilkan telur dengan kualitas sehat dan aman dikonsumsi masyarakat.

1.2. Rumusan Masalah
Telur itik lebih disukai dan digemari oleh masyarakat daripada dagingnya. Produksi telur itik pada tahun 2005 mencapai 194.957 ton dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 201.703 ton (Ditjennak, 2006). Konsumsi per kapita telur itik pada tahun 2005 sebesar 0,73 kg/tahun, sedangkan konsumsi per kapita daging itik hanya 0,05 kg/tahun (Ditjennak, 2006).
Telur itik mengandung protein dan kolesterol yang lebih tinggi daripada telur ayam. Pada telur itik kandungan protein dan kolesterolnya sebesar 13,1 g/100g bobot telur dan 14,3 g/100g bobot telur, sedangkan pada telur ayam hanya 12,8 g/100g bobot telur dan 11,5 g/100g bobot telur (Depkes, 1972). Protein merupakan salah satu indikator penting yang menentukan kualitas telur dan kolesterol merupakan produk khas dari metabolisme hewan. Kesadaran masyarakat terhadap pola makan yang sehat sudah semakin tinggi. Masyarakat mulai memperhatikan food safety yang cenderung menghindari makanan yang mengandung kolesterol. Telur merupakan salah satu sumber kolesterol yang apabila terus dikonsumsi akan menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah jantung. Hal ini dikhawatirkan akan mengurangi konsumsi telur oleh masyarakat, sehingga penurunan kadar kolesterol pada telur perlu diupayakan (Cahyono, 2001).

Kayu apu (Pistia stratiotes L.) merupakan salah satu jenis gulma air yang mempunyai potensi untuk dijadikan campuran pakan pada ransum itik. Kayu apu
mengandung serat dan protein tinggi serta mengandung senyawa kimia penting yaitu flavonoid yang dikenal sebagai senyawa anti kolesterol. Berdasarkan permasalahan dan fakta tersebut terdapat potensi untuk melakukan sebuah inovasi dalam pembuatan campuran pakan itik yang dapat menghasilkan telur dengan kandungan protein tinggi dan kolesterol rendah. Kandungan protein dan serat kasar yang tinggi serta kandungan flavonoid pada Pistia stratiotes dapat digunakan sebagai alternatif campuran pakan itik yang dapat menghasilkan telur dengan kandungan protein tinggi dan kolesterol rendah (Depkes, 1972).

1.3. Tujuan dan Manfaat
1.3.1.      Tujuan
1.      Memanfaatkan kayu apu sebagai bahan alternatif campuran pakan yang dapat meningkatkan kandungan protein dan menurunkan kolesterol pada telur itik.
2.      Meningkatkan nilai tambah kayu apu sebagai campuran pakan alternatif pada itik.
3.      Mengurangi gulma tanaman.
1.3.2.      Manfaat
1.      Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kreativitas mahasiswa dengan memanfaatkan gulma tanaman untuk meningkatkan protein dan mengurangi kolesterol pada ransum itik.
2.      Bagi Peternak
Menghasilkan produk telur itik tinggi protein dan rendah kolesterol yang sehat untuk dikonsumsi.
3.      Bagi Masyarakat dan Lingkungan
Mengurangi gulma pada tanaman sehingga pertumbuhan tanaman tidak terganggu. Hal ini akan berpengaruh pada pengurangan polusi udara. Mendapatkan produk unggas yang sehat dan aman untuk dikonsumsi.